Kamera pengintai

Senin, 12 Mei 2014

Lomba Menulis Cerpen untuk Blog Tema Zombigaret



My World
Oleh: Aira Nugrahayu
Kau tahu bagaimana rasanya hidup seperti orang mati? Oh salah, bahkan mungkin aku sudah dibilang mati. Wajah pucat, pikiran tak karuan, penampilan tak terawat. Yah, aku seperti zombie. Mungkin aku bisa dibilang seorang zombigaret. Gaya hidup tak sehat, suka merokok, bahkan mengkonsumsi obat-obat terlarang membuatku menjadi manusia setengah mati ini. Salah siapa aku jadi seperti ini? Mereka, kedua orang tuaku yang begitu egois dan mengabaikanku. Membuatku frustasi dan akhirnya berlari pada candu rokok. Candunya membuatku dapat melupakan sejenak frustasiku. Tapi aku mengerti, ini hanya salahku.
Sore itu, kulangkahkan kakiku dengan gontai. Bagaikan mayat hidup yang berjalan tanpa tujuan. Kakiku berhenti pada sebuah bangku taman. Kuputuskan untuk duduk dan menikmati rokok ini lagi. Tak peduli pada badanku yang sudah kering kerontang akibat bahan- bahan beracun itu.
"Kau seharusnya berhenti merokok," kudengar suara seorang laki-laki yang entah sejak kapan duduk di sampingku. Aku hanya meliriknya sekilas. Masa bodoh dengan ucapannya.
"Kau tahu betapa bodohnya orang-orang yang menyia-nyiakan hidupnya karena benda beracun itu?"
"Jangan ikut campur, lagipula aku sudah mati." Benar, dengan tubuhku yang sudah rusak seperti ini, tak pantas jika dibilang masih hidup. Laki-laki tadi hanya tersenyum tipis menanggapi ucapanku.
"Kau lihat rumah itu?" Ia menunjuk ke arah barat taman.
"Itu adalah rumahku, kau bisa datang jika kau mau." Aku hanya memandangnya sekilas dan tersenyum remeh.
Saat sampai di rumah, tiba-tiba aku merasakan nyeri pada dadaku, rasanya sesak. Seperti ada tali yang begitu kuat mengikat dadaku. Tak berapa lama setelah itu, batuk yang hebat menyerangku. Rasanya seperti semua isi dada dan perut ikut keluar ketika aku batuk. Sakit dan nyeri. Sudah hampir setahun keadaanku seperti ini. Tapi aku tak pernah berniat untuk memeriksakannya pada dokter. Lagipula siapa yang peduli? Aku bosan dengan kehidupanku yang berantakan. Di dunia yang kejam ini aku seperti tak diharapkan, karena itulah aku mencoba menemukan duniaku sendiri. Dunia yang hanya ada rasa damai dan bahagia di dalamnya. Tentu dengan rokok yang selalu setia menemaniku. Bagiku, rokok sudah seperti sahabat sejati. Aku tak bisa hidup jika tanpanya.
Kubuka lagi sebungkus rokok, ini sudah bungkus ketiga sejak siang tadi. Kunyalakan korek api dan membakar ujung rokok tersebut. Setelah menyala, kuhirup dalam-dalam asap rokok. Kubiarkan sejenak asapnya memenuhi ruang di paru-paruku. Hangat, setidaknya dapat menghangatkan kebekuan yang kurasakan selama ini. Tapi tiba-tiba aku terbatuk lagi. Kali ini sangat keras sampai membuat jantung dan tenggorokanku ikut sakit. Kulihat sebercak darah di tanganku. Darah ini keluar dari mulutku. Aku hanya tersenyum miris. Ada sesuatu yang terjadi bukan? Sesuatu yang buruk. Apa sebaiknya aku pergi ke dokter untuk mengetahui apa yang terjadi dengan keadaanku? Baiklah, mungkin esok lusa aku akan pergi ke dokter. Hanya untuk memastikan.
Kulihat sebuah lembaran diagnosa tentang penyakitku. Kanker paru-paru stadium akhir, benar-benar menyedihkan. Aku menatap langit biru yang begitu cerah pagi ini. Tapi secerah apapun hari ini, bagiku tetap suram. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat dengan laki-laki yang kemarin lusa menemuiku. Kuputuskan untuk pergi ke rumahnya. Suasananya sepi. Kuketuk pintu rumahnya beberapa kali, tapi tak kunjung dibukakan. Aku mencoba membuka pintu rumah itu dan ternyata pintunya tidak dikunci. Lalu dengan beraninya aku masuk ke dalam.
Rumah ini berantakan, bau menyengat minuman keras masih tercium. Aku tersenyum remeh. Dia mengatakan padaku untuk berhenti merokok, tapi dia sendiri juga sama sepertiku. Tapi tatapanku tiba-tiba terhenti ketika ada seseorang tergeletak dengan keadaan mengenaskan. Aku menutup mulutku. Laki-laki yang kemarin, dia sudah mati. Dengan darah yang keluar dari mulutnya dan punting rokok yang bahkan masih ada di mulutnya. Aku segera berlari keluar dari rumah itu. Ketika sampai di rumah, nafasku tersengal dan kurasakan sakit yang luar biasa pada paru-paruku. Lalu semua tampak buram dan akhirnya gelap.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar